Rabu, 04 Juni 2014

SUATU HARI DI GOA PINDUL


SUATU HARI DI GOA PINDUL









Liburan sekolah atau tanggal merah adalah hari yang ditunggu banyak orang. Terbukti tanggal 27 Mei 2014 adalah hari libur nasional Isra Mi’raj Nabi Muhammad. Hampir semua orang keluar rumah menikmati liburan dan sejenak ganti suasana.
Kami sekeluarga tidak mau ketinggalan. Pagi itu berangkat menuju Kabupaten Gunung Kidul. Waktu tempuh dari Yogyakarta ke lokasi sekitar 1 jam 30 menit. Jam 10.30 kami berlima sampailah pintu masuk Goa Pindul di Karangmojo. Pengunjung sudah begitu padat. Ada beberapa obyek wisata dengan tarif yang berbeda pula berkisar 20 - 50 rb. Tujuan utama pelancong adalah menyusuri goa Pindul dengan dipandu oleh team pemandu. Karena goa tergenang oleh air maka kita musti berbasah ria menggunakan perahu ban karet. Jika tidak terlalu ramai pengunjung jarak tempuh sekitar 30 menit. Obek yang lain menyusuri kali Oya juga dengan perahu ban karet, semacam rafting.
Goa Sriti, Goa Baru juga menjadi tujuan berikutnya. Bahkan bagi yang suka tantangan lebih ada juga off road menggunakan jeep dobel gardan yang sudah disiapkan panitia.
Karangmojo yang merupakan perbukitan Kars banyak dijumpai goa ataupun sungai bawah tanah yang mungkin sekarang belum banyak diketahui. Seperti kecamatan lain di Gunungkidul ataupun Wonogiri menawarkan berbagai wisata alternative pada saat kita akan melihat alam kita dari sisi lain. Selamat berlibur….

Kamis, 22 Mei 2014

Kenangan Masa Lalu

Masa lalu biarlah berlalu. Sesal kemudian tak berguna. Kelihatannya sangat sentimentil, mengungkit masa lalu yang pastinya tak pernah kembali. Namun hari ini ada karena adanya masa lalu. Bahkan apa yang diperbuat masa lalu akan menciptakan hari ini. Hari ini tercipta karena "blueprint" masa lalu. Berlalu dan pergi entah kemana. Waktu adalah ilusi. Sebuah dimensi dalam salah satu komponen pembentuk hidup dan kehidupan. Belajar dari pengalaman juga mengungkit masa lalu. Sejarah kejayaan manusia juga sama. Sejarah berulang selalu begitu dan begitu.

Minggu, 02 Februari 2014

TEMASEK - KOTA LAUT


Penelusuran Batam-Singapura.

Januari 22-25, 2014
Pesawat terbangku mendarat dengan mulus di Bandara Hang Nadim Batam. Mobil jemputan sudah standby menunggu rombongan kecil kami. Sekitar 30 menit perjalanan darat kami merapat ke salah satu hotel di kawasan Nagoya Batam. Planet Holiday nama hotel yang kami inapi untuk beberapa malam. 
Setelah sesaat menyelonjorkan kaki mengurangi kepenatan perjalanan Yogya – Batam dan masih transit di Jakarta sekitar dua jam. Mustinya gak usah transitpun cukup memadai. Yogyakarta sekarang sudah cukup banyak penerbangan langsung tanpa harus transit. Malam mulai merambat memasuki acara berikutnya gala dinner di ball roomnya hotel tersebut. Makan malam ditemani dengan hiburan organ tunggal dan penyanyi local dari Batam. Menu makan lumayanlah enak dan gak ketinggalan cap cai brokoli, wortel, dan tentu saja baby corn sebagai pelengkap. Ternyata kita memang tidak pernah lepas dengan segala jenis makanan yang berbahan baku jagung.


Hari berikutnya full day meeting membahas rencana kerja 2014. Disela-sela meeting masih ada acara pencerahan dari motivator Bagoes dari Surabaya.
Hari ketiga di Batam kami mengikuti acara menyeberang ke Singapura melalui Ferry dari Batam Centre ke Harbour Front. Berangkat dari Batam jam 7.00 tiba di seberang pukul 9.00 waktu Singapura ada perbedaan waktu 1 jam antara kita (WIB) dengan Singapura. Setelah selesai urusan ke-imigrasian maka kami segera setor muka ke Merlion. Kata orang belum ke Singapura jika belum berfoto di Merlion, patung Singa berbadan ikan. Setiap tahunnya Merlion dikunjung 12 juta wisatawan manca Negara, yang sudah barang tentu membawa devisa. Filosofi patung singa yang mengucurkan air adalan rejekinya orang Singapura didapat dari Negara tetangga seperti Indonesia.

Add caption


Selesai berfoto ria di Merlion, kami melanjutkan perjalalan ke Toko Coklat, makan siang di kawasan Angullia, shopping di Mustofa Little India dan jum’atan di Masjid Angullia. Masih mampir di Kampung Bugis untuk sekedar cari souvenir khas Singapura sebelum jalan-jalan di kawasan Orchard Road serta makan sore di Faber Hill yang konon ceritanya adalah bukit tertinggi kedua di Singapura. Universal Studio menjadi tujuan kami berikutnya lanjut ke Sentosa Island untuk menonton pertunjukan Sound of the Sea.


Add caption






Secara total perjalan kali ini cukup memuaskan, dan banyak pelajaran yang bisa kita petik misalnya kedisiplinan, kebersihan, budaya, dan kebiasaan warga yang menjadikan karakter sebuah bangsa. Singapura dengan jumlah penduduk yang hanya 5,05 juta penduduk menjadi Negara berpenghasilan tertinggi nomer 2 di Asia setelah Jepang. 40 ribu US dollar perkapita per tahun bandingkan dengan Indonesia yang hanya 3 ribu US dollar. Padahal tahun 1965 Lee Kuan Yew menangis merengek-rengek kepada Perdana Menteri Malaysia agar jangan dikeluarkan dari Federasi karena pulau seluas 70 ribu ha tersebut tanpa potensi apapun. Tunku Abdul Rahman Putra tetap memecat Singapura dan tanggal 9 Agustus 1965 berdirilah Replublic of Singapore. Lee Kuan Yew segera cancut tali wondo untuk mengundang 7 konglomerat dari China untuk membangun Singapura. Hasilnya bisa kita lihat hari ini. Singapura menjadi fenomena dunia!!!


Wassalam,
Dari kota laut “Temasek” Joko Patmono

Selasa, 14 Januari 2014

Pantai Indrayanti

Yogya, 14 Pebruari 2014
Embuh dari mana asalnya dalam 2-3 tahun terakhir ada nama pantai baru di Gunungkidul. Namanya Pantai Indrayanti. Kalau di peta atau di Internet nama tersebut mungkin masih sangat baru. Bahkan beberapa peta lama tidak menjumpainya. Mungkin dulu bernama pantai Syawal Pulang. Gak tau juga kenapa koq dinamakan demikian.
Gak kebanyakan komentar libur Maulid 14 Peb 14 kami manfaatkan untuk jalan kesana. Kami menempuh jalur Yogya, Wonosari, Tepus, dan Indrayanti. Jalur utama biasanya dari Wonosari lurus Baron baru Krakal dan Indrayanti. Jarak tempuh dari Yogya berkisar 70 km. Perjalanan yang mengasikkan karena menelusuri bukit kars pegunungan seribu. Jalan relatif mulus dan bulan januari vegetasi sangat subur, ijo royo-royo. Apalagi sepanjang perjalanan hanya tanaman jagung. Berbagai varietas jagung hibrida ditanam di Gunungkidul. Dan yang menarik seperti nama pantainya, Indrayanti. Perusahan benih jagung juga buat nama varietas seperti artis: KD ha ha ha. Eh sorry kebalik, mereknya "DK"
. Namun yang lain banyak juga merek "Bisi", "Pioneer" dan "NK".Sepanjang perjalalan sama sekali tidak terbayangkan akan kekeringan di musim kemarau. Waktu tempuh dengan kendaraan roda empat sekitar hampir dua jam. Berangkat jam 6.00 dari kawasan jl. Wates sampai Indrayanti jam 7.50. Pagi itu alhamdulillah sangat cerah, yang biasanya bulan Januari selalu mendung atau hujan. Kesan pertama kami memasuki kawasan pantai yang berpasir putih sangat baik. Semua tertata dengan rapi, dari parkir, perteduhan, bakul asongan, kebersihan dll. Nampaknya pengelola sudah paham dan sadar wisata. "Nuthuk-menuthuk" tidak nampak (maksudnya mumpung liburan/ramai pengunjung tarif dinaiikan).
Pasir putih menjadi ciri khas pantai di Gunungkidul, yang disebelahnya menjulang bukit-bukit kapur mengapit hamparan pasir.Tidak sangat istimewa tapi lebih dari cukup untuk melepas kepenatan rutinitas.
Ayo kita pelihara aset wisata kita.






Wassalam, dari Pantai Indrayanti. Joko Patmono