Penelusuran Batam-Singapura.
Januari 22-25, 2014
Pesawat terbangku mendarat dengan mulus di Bandara Hang
Nadim Batam. Mobil jemputan sudah standby
menunggu rombongan kecil kami. Sekitar 30 menit perjalanan darat kami merapat
ke salah satu hotel di kawasan Nagoya Batam. Planet Holiday nama hotel yang kami
inapi untuk beberapa malam.
Setelah sesaat menyelonjorkan kaki mengurangi kepenatan
perjalanan Yogya – Batam dan masih transit di Jakarta sekitar dua jam. Mustinya
gak usah transitpun cukup memadai. Yogyakarta sekarang sudah cukup banyak
penerbangan langsung tanpa harus transit. Malam mulai merambat memasuki acara
berikutnya gala dinner di ball roomnya hotel tersebut. Makan malam ditemani
dengan hiburan organ tunggal dan penyanyi local dari Batam. Menu makan
lumayanlah enak dan gak ketinggalan cap cai brokoli, wortel, dan tentu saja baby
corn sebagai pelengkap. Ternyata kita memang tidak pernah lepas dengan
segala jenis makanan yang berbahan baku jagung.
![]() |
Hari berikutnya full day meeting membahas rencana kerja
2014. Disela-sela meeting masih ada acara pencerahan dari motivator Bagoes dari
Surabaya.
Hari ketiga di Batam kami mengikuti acara menyeberang ke
Singapura melalui Ferry dari Batam Centre ke Harbour Front. Berangkat dari
Batam jam 7.00 tiba di seberang pukul 9.00 waktu Singapura ada perbedaan waktu
1 jam antara kita (WIB) dengan Singapura. Setelah selesai urusan ke-imigrasian
maka kami segera setor muka ke Merlion. Kata orang belum ke Singapura jika
belum berfoto di Merlion, patung Singa berbadan ikan. Setiap tahunnya Merlion
dikunjung 12 juta wisatawan manca Negara, yang sudah barang tentu membawa
devisa. Filosofi patung singa yang mengucurkan air adalan rejekinya orang
Singapura didapat dari Negara tetangga seperti Indonesia.
Add caption |
Selesai berfoto ria di Merlion, kami melanjutkan perjalalan
ke Toko Coklat, makan siang di kawasan Angullia, shopping di Mustofa Little
India dan jum’atan di Masjid Angullia. Masih mampir di Kampung Bugis untuk
sekedar cari souvenir khas Singapura sebelum jalan-jalan di kawasan Orchard
Road serta makan sore di Faber Hill yang konon ceritanya adalah bukit tertinggi
kedua di Singapura. Universal Studio menjadi tujuan kami berikutnya lanjut ke
Sentosa Island untuk menonton pertunjukan Sound of the Sea.
Add caption |
Secara total perjalan kali ini cukup memuaskan, dan banyak
pelajaran yang bisa kita petik misalnya kedisiplinan, kebersihan, budaya, dan
kebiasaan warga yang menjadikan karakter sebuah bangsa. Singapura dengan jumlah
penduduk yang hanya 5,05 juta penduduk menjadi Negara berpenghasilan tertinggi
nomer 2 di Asia setelah Jepang. 40 ribu US dollar perkapita per tahun bandingkan
dengan Indonesia yang hanya 3 ribu US dollar. Padahal tahun 1965 Lee Kuan Yew
menangis merengek-rengek kepada Perdana Menteri Malaysia agar jangan
dikeluarkan dari Federasi karena pulau seluas 70 ribu ha tersebut tanpa potensi
apapun. Tunku Abdul Rahman Putra tetap memecat Singapura dan tanggal 9 Agustus
1965 berdirilah Replublic of Singapore. Lee Kuan Yew segera cancut tali wondo
untuk mengundang 7 konglomerat dari China untuk membangun Singapura. Hasilnya bisa
kita lihat hari ini. Singapura menjadi fenomena dunia!!!
Wassalam,
Dari kota laut “Temasek” Joko Patmono